Sabtu, 09 Juli 2011

Paradiso KARIMUN JAWA (3-8 Juli 2011)

Dokumentasi oleh Gladys Renata 

Dokumentasi oleh Gladys Renata 

Sedikit tentang KARIMUN JAWA
Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan 27 buah pulau yang memiliki tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah, 
padang lamun, algae, hutan pantai, hutan mangrove, dan terumbu karang.
Tumbuhan yang menjadi ciri khas Taman Nasional Karimunjawa yaitu dewodaru (Crystocalyx macrophyla) yang terdapat 
pada hutan hujan dataran rendah.
Kelompok algae yang dapat dijumpai terdiri dari tiga kelompok yaitu algae hijau, algae coklat, dan algae merah. 
Hutan pantai dan hutan mangrove 
dicirikan dengan adanya ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), 
jati pasir (Scaerota frustescens), setigi (Strebus asper), waru laut (Hibiscus tiliaceus), dan bakau hitam 
(Rhizophora mucronata).Jenis terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa merupakan terumbu karang pantai/tepi
(fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef)
dan beberapa taka (patch reef). Kekayaan jenisnya mencapai 51 genus, lebih dari 90 jenis karang keras dan 
242 jenis ikan hias. 
Dua jenis biota yang dilindungi yaitu akar bahar/karang hitam (Antiphates spp.) dan karang merah (Tubipora musica).
Biota laut lainnya yang dilindungi seperti kepala kambing (Cassis cornuta), triton terompet (Charonia tritonis), 
nautilus berongga (Nautilus pompillius), batu laga (Turbo marmoratus), dan 6 jenis kima.

Keanekaragaman satwa darat di taman nasional ini tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan satwa perairan. 

Satwa darat yang umum dijumpai antara lain rusa (Cervus timorensis subspec), kera ekor panjang 
(Macaca fascicularis karimondjawae); 40 jenis burung seperti pergam hijau (Ducula aenea), 
elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster),trocokan/merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier),
betet (Psittacula alexandri), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan ular edhor. 
Burung elang laut perut putih merupakan satwa yang terancam punah di dunia.
Di sekitar Pulau Kemujan terdapat bangkai kapal Panama INDONO yang tenggelam pada tahun 1955, 
dimana pada saat ini menjadi habitat ikan karang dan cocok untuk lokasi penyelaman (wreck diving).
Dari gugusan pulau-pulau yang berjumlah 27 buah, lima buah pulau diantaranya telah berpenghuni yaitu 
Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting. 
Pulau Karimunjawa menjadi pusat kecamatan yang berjarak
 ± 83 km dari Kota Jepara (pusat pengrajin ukiran kayu yang terkenal di Indonesia).
Nama Karimunjawa berasal dari zaman Sunan Muria yaitu salah satu tokoh penyebar Agama Islam. 
Sunan Muria melihat pulau-pulau di Karimunjawa sangat samar dari Pulau Jawa (kremun-kremun soko Jowo). 
Peninggalan-peninggalan Sunan Nyamplungan/Amir Hasan (anak dari Sunan Muria) 
seperti ikan lele (Clarias meladerma) tanpa patil, makam Nyamplungan, kayu dewodaru, sentigi, kalimosodo, 
dan ular edhor, dikeramatkan oleh penduduk Karimunjawa.


Tentang Perjalanan Kami

#Chapter 1 (Perjalanan menuju Jepara) Minggu 3 Juli 2011


Terminal Rawa Mangun

Perjalanan dalam Bus

Pelabuhan Karimun Jawa

Perjalanan di Kapal Ferry. Dokumentasi oleh Yulianus Liteni 


Suasana "dek" Kapal Ferry. Dokumentasi oleh Yulianus Liteni 


Inilah wujud Kapal Ferry itu. Dokumentasi oleh Yulianus Liteni 

Hari minggu tanggal 3 Juli 2011 pukul 15.00 wib saya dan rombongan berangkat ke terminal Rawa Mangun. Anggota  rombongan masih ber-delapan yaitu: saya, Chipa, Dewinta, Mas Yulianus, pasangan Mas Adon dan Mba Maya, juga pasangan yang jauh-jauh datang dari Texas Mba Apop dan Kit. Kami akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 13 jam dengan bus bernama "Shantika". Dengan tiket bus seharga Rp. 160.000,- per-orang, padahal dihari biasa seharusnya kami bisa mendapatkan tiket seharga Rp.120.000,- Bus Shantika berangkat menuju Kota Jepara pukul 17.30 dan kami diberikan makan malam pada pukul 21.00 wib di seputar daerah Indramayu dengan makanan ala sipir penjara yang entah kemana rimba sayur pada sop sajian tersebut, ala prasmanan sih tapi yah begitulah..sebaiknya bila menelan makanannya jangan melihat menu tersebut (:

Dinner ala sipir penjara. Dokumentasi oleh Christopher-Kit Nemo Arthiany

Kami sampai di kota Jepara sekitar pukul 06.30 wib dan langsung diantar oleh bus ke pelabuhan, acara antar-mengantar ke pelabuhan ini per orang dikenakan biaya Rp.10.000,- usut punya usut seharusnya kami bisa bebas dari biaya tersebut namun keadaan mendesak, kami harus mengejar kapal Fery agar tidak telat sehingga membuat kami mengiyakan membayar uang antar. Sampai dipelabuhan ternyata kami sudah kehabisan tiket vip untuk kapal Fery dan akhirnya kami mendapat kelas ekonomi yang biaya per-orang adalah Rp.31.000,- oh ya kami juga kena biaya peron Rp.500,- per-orang. Perjalanan yang harus ditempuh menuju Pulau Karimun adalah 6 jam dengan suasana kapal penuh dan sesak karena musim liburan ditambah angin yang sedikit kurang bersahabat. Di kapal ini saya sempat emosi jiwa karena ada seorang pemuda yang dengan cueknya merokok di tempat sesak begini padahal sudah jelas-jelas tertera tulisan "NO SMOKING" huh! dasar kebiasaan buruk yaah errR!


#Chapter 2 (Sampai di Karimun) Senin 4 Juli 2011

Pelabuhan di Pulau Karimun. Dokumentasi oleh Yulianus Liteni 


Mobil penjemputan. Dokumentasi oleh Christopher-Kit Nemo Arthiany

Kapal kecil penjemput. Dokumentasi oleh Yulianus Liteni 
Horeeeeeee! setelah mati gaya di dalam akuarium berjalan alias bus selama 13 jam ditambah mengapung di kapal selama 6 jam sampai kliengan akhirnya rombongan ber-delapan kami sampai di pelabuhan Karimun. Kota atau perkampungan kecil dalam pulau yang jauh dari hingar bingar, adeeeem (panas siih kalau cuacanya hihihi) membuat kami jejingkrak-an ibarat kuda lepas kandang *halaaah*. Kami tiba di Karimun pukul 15.00 wib kemudian langsung menikmati bagian service dari penginapan bu Joko yaitu mobil Cherry untuk menuju ke pul kapal kecil yang akan membawa kami ke Wisma Apung bu Joko dengan cara tumpuk-tumpukkan, mobil penjemputan ini tiap orang dikenakan biaya Rp.5000,- Lima menit kami sudah sampai pada 'pul' kapal kecil dan langsung menuju Wisma Apung dalam waktu 10 menitan. 

Wisma Apung

Sampai di Wisma Apung kami disambut oleh mba Dyah wakil dari Bu Joko dan langsung melakukan pembagian kamar. Kamar ke-1 dihuni oleh saya, Chipa, Dewinta dan Mas Yulianus dan kamar ke-2 dihuni pasangan bulan madu Mas Adon dan Mbak Maya. Kamar ke-1 dan kamar ke-2 per-orang dikenakan biaya Rp.100.000,- sehari sudah termasuk makan tiga kali sehari, isi kamar kami adalah satu bed besar (tentu saja kamar ke-1 mendapat ekstra bed untuk Mas Yulianus), satu meja kecil dan alas karpet dengan view depan kamar adalah penangkaran Hiu dan belakang kamar adalah view lautan lepas bebas berwarna biru tosca ;) *surrgaaaaa* namun kamar mandi kita adalah kamar mandi massa dengan bilik kayu dan ber-bak mandi setengah tong plastik dan sudah bisa dibayangkan closednya langsung nyemplung ke laut ahahhahaah oh ya, kami mandi tetap dengan air asin looh :D

Kamar ke-3 adalah kamar yang dihuni oleh pasangan Mba Apop dan Kit, karena kamar mereka ber-ac dan kamar mandi sendiri maka mereka kena charge Rp.150.000,- per-orang sehari  (dan saya masih heran sedingin itu mereka menyalakan ac? ;p) 


Karena kami baru mendapat service makan saat makan malam, namun karena cacing-cacing perutsaya tidak bisa diajak kompromi maka saya pesan indomie goreng dan kopi susu untuk mengganjal sampai makan malam tiba*teteuuup yach* dan saya terkejut ternyata meski jauh dari peradaban mereka menjual makanan dengan harga normal loh, mengingat harus menempuh jarak 6 jam untuk berbelanja ke kota, hal ini mengejutkan. Saya sudah perepare dengan harga yang lebih mahal seperti saat berwisata biasannya. Akhirnya kami masing-masing bersantai menikmati sunset di Wisma Apung. Uwoow!! kalau begini ceritanya saya bis amengatakan "I LOVE MONDAY!!"

Makan Malam dan Pertemuan

Makan Malam di Wisma Apung

Pukul 19.00 wib adalah saat makan malam tiba dan tentu saja Mbak Dyah wakil dari Bu Joko sudah menyiapkan banyak menu seputar ikan bakar, cumi dan sejenisnya. Makan malam di atas air sambil menikmati bintang-bintang yang bertaburan di langit. Oh Tuhaaaaan senang sekali rasanya!! Saat makan malam inilah kami bertemu teman-teman menyenangkan yaitu rombongan Gladys, Oval, dan Wahyu. Mereka bertiga bercerita tentang ke Karimun yang tanpa rencana karena mereka selesai melakukan event pelayanan di Pati lalu mereka nekad lanjut ke Karimun *dasar genk nekad* kami berbincang dan mengajak mereka untuk bergabung dalam perjalanan ke Pulau Barat esok hari dan mereka setuju *horeeeeeeeeee!! Ternyata selain mereka bertiga yang bergabung esok hari, Mbak Dyah memberi tahu bahwa ada 3 orang yang akan bergabung juga yaitu genk 3 Idiot (saya menyebutnya) karena memang mereka bertiga sangat aneh, anggotanya yaitu: Rizky, Si Jenggot Aristo dan si Djarjit mereka adalah 3 mahasiswa Jurnalistik dari mana yaaa?? tuhkan tidak jelaskan??? ahahah dan kata mereka setelah dari Karimun mereka akan lanjut ke Dieng (itu juga kalau mereka tidak dicari emaknya wkwkkwkw). Perkenalan kami menyenangkan, merasa memiliki saudara-saudara baru yang aneh. Setelah makan malam kami asik sendiri-sendiri menikmati malam pertama, saya memilih mendengarkan lagu-lagu indah sambil tiduran menengadah melihat taburan bintang. Impian mendengarkan "Meteor Shower: di lautan tercapai juga meski diterpa angin dingin (:




#Chapter 3 (Jalan-jalan ke arah Barat) Selasa 5 Juli 2011




Akhirnya genk bertambah menjadi 14 orang dengan berbagai macam karakter manusia seperti di film-film petualangan *apeeuu coba yah*. Yang pasti semakin seru!! setelah sarapan jam 7 pagi kami meluncuuur ke arah Barat pada pukul 08.00 wib. Pada perjalanan kali ini kami dikenakan biaya kapal Rp.350.000, biaya pemandu Rp.70.000,- x2 (orang) karena ada dua pemandu dan biaya sewa alat snorkeling Rp.20.000 tambah Rp.15.000,- jika dengan Fin dan biaya sandar kapal Rp.30.000,- untuk pelampung kami dibebaskan biaya. Kalau ditotal keseluruhan tiap orang harus mengeluarkan kocek sekitar  Rp.70.000,-an untuk keliling Pulau Barat, terdapat dua tempat snorkeling dan bersandar ke-2 pulau.

Tujuan pertama kami hari itu adalah Snorkeling ke Pulau Menjangan Kecil. Perjalanan dengan perahu kecil kurang lebih setengah jam-an terbayar dengan keindahan terumbu karang dan ikan-ikan yang agresif memakan roti yang kami bawa. Setelah kami lelah ber-snorkeling ria kami meluncur menuju Pulau Cemara yang jarak tempuhnya sekitar kurang dari setengah jam. Sampai di sana kami menikmati pantai dengan pasir putih sembari foto-foto. Tiap perjalanan snorkeling maupun bersandar di pantai kami tidak menjadi rombongan tunggal karena ini musim liburan, selain kami terdapat beberapa kapal rombongan lain. Sambil jepret sana-sini apalagi ada model handal dalam genk kami yaitu adek Chipa kami menunggu mas-mas pemandu membakar ikan perbekalan dari Bu Joko untuk makan siang, waaaaaah baunya sudah membuat perut kami berbunyi krucuk-krucuk. Akhirnya panggilan makan siang sudah diteriakkan  mas pemandu, ikan bakar lalapan dengan sambel super top markotop kami santap tak lupa juga es sirup Melon dan buah pisang sebagai penyegar heheeh. Kenyaaang..kenyaaang kemana lagi kita???



Mas-mas Pemandu yang baik
Ikan Bakar karya Mas Pemandu

Jawabannya adalah menuju tempat snorkeling ke-dua yaitu Tanjung gleang kalau tidak salah (duh lupa-lupa ingat niih) ;p Sayangnya pada tempat snorkeling kedua ini angin dan ombaknya kurang bersahabat agak kencang sehingga membuat saya sempoyongan *macam nenek-nenek* entahlah untuk yang lain yang pasti oknum yang bernama Wahyu, si Jenggot dan Djarjit pasti hanya berdiam diri diperahu dengan dalih pusing, mual, kedinginan dan teman-temannya itu haahhahaah. Tapi di sinilah saya melihat keluarga Ikan Nemo, manis sekaliiii ^^

Lemah tak berdaya ;p




Keluarga Nemo ^^


Terumbu Karang ^^



Oh ya pada snorkeling ke-dua ini Kit terkena musibah, entah mata kiri-nya kena apa entah gara-gara softlens ataukah terkena benda laut yang pasti Kit merasakan tidak nyaman pada mata-nya ;(


Mata Kit kemasukan sesuatu :(

Setelah lemas habis tenaga akibat Snorkeling ke-dua maka kami menuju Pulau Tanjung Glam untuk bersandar menunggu sunset. Di Tanjung Glam lumayan rame dengan penjual-penjual kopi dan gorengan, pisang gorengnya enak sekali dan hanya Rp,1.000,-h per biji dan kopi tetap normal harga Rp.2000,- lumayan terjangkau untuk ukuran daratan yang jauh dari mana-mana (: Di Tanjung Glam pemandangannya bagus, banyak pohon kelapa yang cantik juga pohon besar Mantili (saya menyebutnya demikian). Pasirnya putih dan masih lumayan untuk yang ingin melanjutkan snorkeling karena kata yang menikmati snorkeling di Pulau ini masih banyak ikan yang lucu-lucu juga. Kalau saya sih memilih goler-goler di bawah pohon yaaa sok ikut-ikutan bule-bule di sebelah saya gitu deeeh. Ngomong-ngomong soal leyeh-leyeh di pantai ini tadinya saya sempat di buat GR karena ada yang memuji kulit saya eee taunya salah puji malah bikin beteeee deeeh gw wkwwk, jadi gini ceritanya, waktu saya santai-santai ada dua orang mas-mas istilahnya yang punya Karimunlah kalau kata mas Yus karena mereka mengaku masih keponakannya Bu Joko pemilik Wisma Apung gitu deeh. Alkisah terdapat dua mas-mas, Mas-1: "mbak kok kulitnya bisa begitu sih mbak..." Saya: "Oh.. Mas emang kulit saya aslinya sudah hitam jadi yaa bisa nambah kaya gini *nyengir*" Mas-2: "Iya lhoo mba ini kulitnya erotis banget" *dengan pedenya si mas ini ngomong* Saya: Hah??!! Eksotik kali masss?? bukan EROTIS Kaleeeee!! *mulai panas* Mas-2: 'oh iya yaa mbaak kan Erotis itu penari yaaa.." Saya: *dueeeeeeeenk!!! -______________-!! capeedeeeeh!!" tapi lucu juga siih yang pasti saya tahu kok maksud masnya saya ini eksotik *nyengir*
Menggosongkan kulit :p

Sayangnya akhirnya kami tidak melihat sunset di Pulau ini tapi sambil jalan mengingat semakin sore angin dan ombak semakin tidak bersahabat. Kami pulang ke Wisma Apung dengan basah, dingin bahkan dinginnya hati karena patah hati tidak sedingin ini #eeaaaaaa *tetep galau :))

Sepulang dari perjalanan barat, saya, Chipa dan Dewinta buru-buru mandi, bertiga sekamar mandi jadi ya mandi ala goyang senggol ahahah karena kami takut banyak yang antri bergantian kamar mandi. Hari yang melelahkan saya tutup dengan nyungsep selimutan bahkan saat makan malampun saya tetap merasa kedinginan sehingga bintang malam ini terlewatkan. Tidur sambil merem melek menunggu antrian charge Hape masing-masing, want yo to know yaa listrik di Wisma Apung memakai Genset sehingga hanya menyala jam 18.00 hingga jam 06.00 pagi hihihi begitulaah..........




#Chapter 4 (Jalan-jalan ke arah Timur) Rabu 6 Juli 2011


Sarapan

Bangun pagi dengan badan pegal-pegal mintaaa ampuun, kalau kemaren sarapan sudah siap tanpa dibangunkan tapi hari ini bangun telat, bangun tepat saat di ketok mba Dyah untuk sarapan. Asli! abis snorkeling seharian badan berasa habis di aniaya massa sekampung *lebay* wkwkwkwkw. Hari ini kami sarapan lontong sayur yang nikmat kemudian bersiap menuju arah Timur, kami akan berangkat Pukul 08.30 an sambil menunggu Kit dan Mbak Apop selesai dari dokter memeriksakan mata Kit yang sakit dari kemarin, entahlah sebenarnya saya ragu apakah ada dokter di pulau yang jauh dari peradaban ini dan ternyata benar saja adanya dokter PTT di Puskesmas, lumayanlah memberi Kit anti biotik untuk mata sehingga Kit bisa jalan-jalan lagi bareng kita dengan syarat dia tidak boleh kena air huuuuuuuuuuu sayang sekali hari kedua berarti Kit No snorkling :D


Perjalanan ke arah Timur ternyata lebih jauh memakan waktu 2 jam-an dengan angin yang mayan kencang juga ombak yang menderu. Hah saya telanjur duduk di depan, rasanya seperti oleeng ditambah lagi dengan ombak yang menyerang badan saya membuat dingin. Maksud hati ingin menghindari sapuan air laut seperti nasehat mas pemandu dan berpindah ke pucuk kapal dengan sempoyongan..eh dicoba 15-an menit saya malah merasa seperti di ombang-ambingkan, makin pusing dan dingin gemeteran, dalam hati saya bilang tidak sanggup untuk snorkeling lagi, saya gemetaran asli :(


Tapi ketakutan tersebut seketika sirna waktu sampai di Pulau Kecil nan indah, pasirnya putih aduhai dan warna air biru tosca membuat saya sembuh seketika, bahkan Chipa yang sudah eneg jadi semangat lagi berpose. Poto sana-sini dengan grup masing-masing, saya lebih sering bersama si Jenggot dan si Djarjid berfoto-foto ria juga snorkeling bersama sampai lapar dan akhirnya menyantap bekal di Pulau ini sambil bercanda. Seruuuuuuuu!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar